Selasa, 14 Agustus 2018

Kibaran Hijab Gadis Pengeja Langit


Pelan-pelan aku berjalan menyusuri kota di saat sepi. Terbayang kibaran hijabmu wahai gadis pengeja langit bermata sendu. Meski gerimis menyapu-nyapu rambutku, aku tetap melewati pekatnya hari yang kian membisu. Malam begitu tampak terang, walau di tengah gemericik air, tanpa bulan, tanpa gemintang di langit.

Aku masih takjub pada indahnya paras dan kibaran hijabmu saat pertama kali kita bertemu, di sebuah gedung dengan ratusan pendekar pena. Hijab yang menunjukkan ketaatanmu pada Sang Pencipta. Di ruas-ruas hatiku, ingin kurangkai kata teramat lembut untukmu. Bolehkan aku menyentuh kibaran hijabmu sebagai penerang hatiku saat hati kian lelah?

Dalam perjalan pulang, aku menenun kagum pada hijabmu yang memesona. Kau meninggalkan jejak-jejak dengan pesona kibaran hijab yang kau kenakan. Purnama seakan tak lagi indah dibanding kau dengan hijab dan diammu yang bermakna.

Langit dan semilir angin membawaku pada teduhnya wajahmu dengan hijab. Dalam penantian, aku berharap semoga hijabmu dapat menerangi langit di hatiku. Rindu akan kuranum di lekuk do’a teruntuk hijabmu, gadis pengeja langit.







Share:

0 komentar:

Posting Komentar