Allah memberikan kado istimewa untuk para ibu agar dapat beribadah dengan khusyuk, fokus dan maksimal di rumah. Keistimewaan ini Allah berikan tentunya dengan tujuan. Tidak mungkin keistimewaan ini hanya hadir begitu saja. Tujuannua adalah agar optimal dalam mendidik anak-anak di rumah.
Pada Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 33 ibu dianjurkan untuk lebih banyak beraktivitas di rumah. Terjemahannya, “ Hendaklah kamu tetap di rumahmu”. Seruan ini diperuntukkan untuk para ibu. Bahkan seperti yang kita ketahui bahwa shalat wanita atau dalam hal ini ibu/bunda lebih utama di rumah daripada di masjid. Namun bukan berarti wanita tidak boleh keluar rumah. Islam tidak membatasi peran ibu. Ibu boleh berkegiatan di luar rumah, mengasah keterampilan, belajar, bersosial, asalkan sesuai rambu-rambu syariat Islam dan tidak lupa perannya di rumah.
Tentunya tidak boleh jika sampai abai dan melupakan perannya di dalam rumah dengan berbagai kegiatan di luar. Sehingga butuh pencerahan, arahan, kepada para ibu agar selalu mengingat fitrahnya di dalam rumah.
Ibu Tidak Wajib Mencari Nafkah
Tidak ada keharusan bahwa para ibu harus membantu suami untuk mencari nafkah. Nafkah wanita itu sendiri ditanggung oleh para lelaki, baik itu ayah, suami, saudara laki-laki, ataupun anak laki-lakinya. Mereka bertanggunh jawab di hadapan Allah untuk menafkahinya. Tujuannya sangat mulia, yaitu agar para ibu bisa lebih fokus menjalankan tugas fitrahnya di rumah.
Namun jika ibu ingin mengaktualisasikan diri, memgembangkan diri di luar rumah, boleh saja, namun dengan syarat-syarat yang sudah ditetapkan Islam. Ada adab-adab yang perlu diperhatikan seperti tidak berbaur dengan laki-laki non mahrom, tidak memperlihatkan aurat di luar rumah, tidak menghabiskan waktu dengan bercanda, dan lainnya.
Banyak perempuan yang justru bisa berkembang dan mengaktualisaikan dirinya di dalam rumah. Misalnya dengan keterampilan yang ia miliki, memasak, membuat kerajinan tangan, menulis, dan lainnya. Semoga para ibu dengan penuh kesadaran dan bahagia bisa berdaya, berkarya dan berdampak dari dalam rumah.
Antara Ibu, Baby Sitter, dan Asisten Rumah Tangga.
Tanpa mengkerdilkan ibu yang memiliki baby sitter dan asisten rumah tangga sama sekali, tugas ibu dan mereka tentunya berbeda. Hubungan antara ibu dan anak tercinta adalah hubungan yang emosional. Anak adalah bagian dari ibu, ibu adalah bagian dari anak. Tidak bisa dipisahkan. Ibu merawat anaknya dengan penuh cinta, sementara baby sitter atau asisten rumah tangga melalukannya atas dorongan tugas, kerja, kewajibannya yang sudah diupahi. Jika kita amati, tentu saja cinta dan tugas sangat jauh berbeda perbandingannya.
Ketika mengurus, mendidik, dan merawat anak, ibu tentu akan merasa bahagia. Walaupun banyak kasus yang kita lihat tidak bahagia karena berbagai faktor ya. Namun fitrahnya ibu pasti bahagia. Kebahagiaan terpancar dari sikap, kata, dan gesture tubuh dari ibu. Baby sitter atau asisten rumah tangga banyak yang kita perhatikan dengan terpaksa, muka yang jenuh dan letih merawat anak dari majikannya.
Adapun kasus jika ibu yang bekerja di ranah publik, bisa bersinergi, mendelegasikan tugas pengasuhan sementara kepada baby sitter atau asisten dengan bahasa yang bijak. Ketika ibu tidak bersama anak, baby sitter bisa mengambil peran bagaimana mengondisikan anak agar merawatnya dengan kasih sayang. Namun tentunya tugas ini bukan tugas penuh, tetapi sifatnya hanya sementara. Tugas pengasuhan tetap dimiliki oleh ibu sendiri.